IMPLEMENTASI
PENDIDIKAN KARAKTER DI SMP NEGERI KECAMATAN SIDOREJO KABUPATEN MAGETAN
Sarmun, S.Pd
SMP Negeri 1
Sidorejo
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1) strategi
implementasi pendidikan karakter di SMP Negeri Kecamatan Sidorejo, 2) faktor-faktor
yang mendukung dan menghambat pendidikan karakter di SMP Negeri Kecamatan
Sidorejo, 3) dampak dari implementasi pendidikan karakter di SMP Negeri
Kecamatan Sidorejo. Penelitian ini menggunakan
pendekatan deskriptif kualitatif dengan desain penelitian fenomenologi. Subyek
penelitian ditentukan dengan snowball sampling yaitu Kepala
Sekolah, Guru, Siswa. Teknik pengumpulan data adalah
Tekknik Observasi Partisipasi, Wawancara Mendalam, dan Dokumentasi. Teknik analisis
data adalah analisis deskriptif dan analisis domain. Pengujian keabsahan data
menggunakan trianggulasi sumber dan metode. Dari
hasil analisis dapat disimpulkan bahwa 1) Strategi Implementasi Pendidikan
Karakter di SMP Negeri Kecamatan Sidorejo terdapat pada kegiatan kurikuler,
ko-kurikuler, ekstra kurikuler, 2) Faktor pendukung pendidikan karakter adalah
adanya kebijakan sekolah mengenai visi dan misi, dukungan kepala sekolah,
komite sekolah, guru, wali murid dan siswa, sedangkan faktor penghambat adalah
gaya hidup para siswa yang terpengaruh oleh fasilitas-fasilitas modern serta
masih adanya beberapa guru yang kurang disiplin, 3) Implementasi pendidikan
karakter di SMP Negeri Sidorejo memberikan dampak terhadap individu dimana
siswa menunjukkan perilaku yang membaik dan dampak sosial.
Kata Kunci : implementasi, pendidikan karakter,
kokurikuler, ekstrakurikuler, faktor
Persoalan budaya dan karakter bangsa kini
menjadi sorotan tajam masyarakat. Sorotan itu mengenai berbagai aspek
kehidupan, tertuang dalam berbagai tulisan di media cetak, wawancara, dialog,
dan gelar wicara di media elektronik. Selain di media massa, para pemuka
masyarakat, para ahli, dan para pengamat pendidikan, dan pengamat sosial
berbicara mengenai persoalan budaya dan
karakter bangsa di berbagai forum seminar, baik pada tingkat lokal, nasional,
maupun internasional. Persoalan yang muncul di masyarakat seperti korupsi,
kekerasan, kejahatan seksual, perusakan, perkelahian massa, kehidupan
ekonomi yang konsumtif, kehidupan
politik yang tidak produktif, dan sebagainya menjadi topik pembahasan hangat di
media massa, seminar, dan di berbagai kesempatan. Berbagai alternatif penyelesaian diajukan seperti
peraturan, undang-undang, peningkatan upaya pelaksanaan dan penerapan hukum
yang lebih kuat.
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) merumuskan fungsi
dan tujuan pendidikan nasional yang harus digunakan dalam mengembangkan upaya
pendidikan di Indonesia. Pasal 3 UU Sisdiknas menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab”. Tujuan pendidikan nasional itu merupakan rumusan
mengenai kualitas manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap satuan
pendidikan. Oleh karena itu, rumusan tujuan pendidikan nasional menjadi dasar
dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa.
Polda Metro Jaya dalam Republika.co.id (2011) mencatat jumlah kejahatan selama 2010
mencapai 57.038 kasus. Menurut catatan pada tahun 2010 terjadi pencurian
sebanyak 5.735 kasus, pencurian
kendaraan bermotor roda empat 1.835 kasus, kebakaran 387 kasus. Selanjutnya,
tindak pemerasan atau ancaman 319 kasus, pemerkosaan 55 kasus, narkotika 4.759
kasus dan kenakalan remaja 29 kasus. Sementara itu, kasus tindak pidana yang
meningkat, yakni pembunuhan dari 75 kasus pada tahun 2009 menjadi 79 kasus pada
tahun 2010, pencurian kendaraan roda dua 8.229 kasus menjadi 8.649 kasus, dan
perjudian 934 kasus menjadi 974 kasus. (Materi Rapat Koordinasi Kepala SMP dan
SMA Negeri dan Swasta se-Jawa Timur, 2011).
Banyak kasus yang lebih ekstrim lain yang
daftarnya tidak akan tertampung dalam
tulisan ini. Semua itu menggambarkan kegagalan pendidikan kita dalam membangun
karakter bangsa. Bahkan bila dicermati, penolakan dan ketakutan yang
berlebihan terhadap pelaksanaan ujian
nasional juga merupakan cermin kegagalan pendidikan kita.
Alternatif yang banyak dikemukakan untuk
mengatasi, paling tidak mengurangi, masalah budaya dan karakter bangsa yang
dibicarakan itu adalah pendidikan karakter. Pendidikan Karakter dianggap
sebagai alternatif yang bersifat preventif
untuk membangun generasi baru bangsa yang lebih baik. Memang diakui bahwa hasil dari
pendidikan karakter akan terlihat dampaknya dalam waktu yang tidak segera,
tetapi memiliki daya tahan dan dampak yang kuat di masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas, akan dijelaskan
hal-hal sebagai berikut : (1) Strategi implementasi pendidikan karakter di SMP
Negeri Kecamatan Sidorejo, (2) Faktor-faktor
yang mendukung dan menghambat pendidikan
karakter di SMP Negeri Kecamatan
Sidorejo, (3) Dampak dari implementasi pendidikan karakter di SMP Negeri Kecamatan
Sidorejo.
KARAKTER,
PENDIDIKAN KARAKTER, DAN IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER
Karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas
adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas,
sifat, tabiat, temperamen, watak”. Adapun berkarakter adalah berkepribadian,
berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak”. (pusatbahasa.depdiknas.go.id/kbbi/index.php, diakses 26 Januari 2010)
Menurut Tadkirotun Musfiroh (2008), karakter
mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes),
perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills). Karakter berasal dari bahasa
Yunani yang berarti “to mark” atau menandai
dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan
atau tingkah laku negara yang baik. Adapun kriteria manusia yang baik, warga
masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau
bangsa, secara umum adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan
bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari
pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pedidikan
nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa
Indonesia sendiri, dalam rangka membina
kepribadian generasi muda.
Menurut
Megawangi (2010), pendidikan karakter
adalah pendidikan budi
pekerti plus, yaitu yang
melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling),
dan tindakan (action). Dengan
demikian, pendidikan karakter dapat diartikan sebagai upaya pembelajaran yang dirancang secara sistematis dan
berkesinambungan untuk membentuk kepribadian peserta didik agar memiliki
pengetahuan, perasaan, dan tindakan yang
berlandaskan pada norma-norma luhur yang berlaku di masyarakat.
Tujuan utama pendidikan karakter adalah untuk menumbuhkan
karakter warga negara baik karakter privat,
seperti tanggung jawab moral, disiplin diri dan penghargaan terhadap harkat dan martabat
manusia dari setiap individu; maupun karakter publik, misalnya kepedulian
sebagai warga negara, kesopanan, mengindahkan aturan main (rule of law), berpikir kritis, dan kemauan untuk mendengar,
bernegosiasi dan berkompromi (Winataputra, 2007:192)
Pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran
pada setiap mata pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma
atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan,
dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran
nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada
internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari
di masyarakat.
Kegiatan ekstra kurikuler yang selama ini
diselenggarakan sekolah merupakan salah satu media yang potensial untuk
pembinaan karakter dan peningkatan mutu akademik peserta didik. Kegiatan Ekstra
Kurikuler merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran untuk membantu
pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat
mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan
atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah.
Melalui kegiatan ekstra kurikuler diharapkan dapat mengembangkan kemampuan dan
rasa tanggung jawab sosial, serta potensi dan prestasi peserta didik.
Pendidikan karakter pada tingkatan institusi
mengarah pada pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi
perilaku, tradisi, kebisaaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan
oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah
merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di mata
masyarakat luas.
Pada
tataran sekolah, kriteria pencapaian pendidikan karakter adalah
terbentuknya budaya sekolah, yaitu perilaku, tradisi, kebisaaan keseharian, dan
simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat
sekitar sekolah harus berlandaskan nilai-nilai tersebut.
Miller & Seller (1985) mendefinisikan kata
implementasi dengan tiga pendekatan, yaitu : Pertama, implementasi
didefinisikan sebagai kegiatan. Kedua,
suatu usaha meningkatkan proses interaksi antara pengembang guru dengan guru. Ketiga,
implementasi merupakan sesuatu yang terpisah dari komponen kurikulum.
Implementasi Pendidikan Karakter merupakan proses suatu
perencanaan menerapkan nilai-nilai karakter dalam yang melibatkan interaksi
siswa-guru dan dalam kegiatan baik kurikuler, ko-kurikuler, dan ekstra
kurikuler.
Dalam pendidikan karakter penting sekali dikembangkan
nilai-nilai etika inti seperti kepedulian, kejujuran, keadilan, tanggung
jawab, dan rasa hormat terhadap diri dan orang lain bersama dengan nilai-nilai
kinerja pendukungnya seperti ketekunan, etos kerja yang tinggi, dan kegigihan
sebagai basis karakter yang baik. Sekolah
harus berkomitmen untuk mengembangkan karakter peserta didik berdasarkan
nilai-nilai dimaksud, mendefinisikannya dalam bentuk perilaku yang dapat diamati dalam kehidupan
sekolah sehari-hari, mencontohkan nilai-nilai itu, mengkaji dan
mendiskusikannya, menggunakannya sebagai dasar dalam hubungan antarmanusia, dan
mengapresiasi manifestasi nilai-nilai tersebut di sekolah dan masyarakat. Semua komponen sekolah
bertanggung jawab terhadap standar-standar
perilaku yang konsisten sesuai dengan nilai-nilai inti (Bashori, 2010).
Penilaian dalam pembelajaran karakter ini
dilakukan secara terus menerus, setiap saat guru berada di kelas atau di
sekolah. Dari hasil pengamatan, catatan anekdotal, tugas, laporan, dan
sebagainya, guru dapat memberikan kesimpulan atau pertimbangan tentang pencapaian suatu indikator atau
bahkan suatu nilai. Kesimpulan atau pertimbangan itu dapat dinyatakan dalam
pernyataan kualitatif sebagai berikut ini.
BT : Belum Terlihat (apabila peserta didik belum
memperlihatkan tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator).
MT : Mulai Terlihat (apabila peserta didik sudah mulai memperlihatkan adanya
tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator tetapi belum
konsisten).
MB : Mulai Berkembang (apabila peserta didik sudah
memperlihatkan berbagai tanda perilaku yang dinyatakan dalam indikator dan
mulai konsisten).
MK : Membudaya (apabila peserta didik terus menerus memperlihatkan perilaku yang
dinyatakan dalam indikator secara
konsisten).
FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PENDIDIKAN KARAKTER
Pendidikan karakter dapat berjalan dengan
lancar apabila didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut (Kemendiknas:2010):
1.
Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai
basis karakter,
2.
Mengidentifikasi karakter secara komprehensif
supaya mencakup pemikiran, perasaan dan perilaku,
3.
Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif,
dan efektif untuk membangun karakter,
4.
Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki
kepedulian,
5.
Member kesempatan kepada peserta didik untuk
menunjukkan perilaku yang baik,
6.
Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang
bermakna dan menantang yang menghargai semua peserta didik, membangun karakter
mereka, dan membantu mereka untuk suskes,
7.
Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada
para peserta didik,
8.
Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai
komunitas moral yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia
pada nilai dasar yang sama,
9.
Adanya pembagian kepemimpinan moral dan
dukungan luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter,
10. Memfungsikan
keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun karakter,
11. Mengevaluasi
karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru karakter, dan
manifestasi karakter positif dalam kehidupan peserta didik.
Walaupun demikian, harus diakui dengan jujur,
bahwasanya upaya pembentukan, pengembangan, dan peningkatan kualitas karakter
dan intelektualitas melalui pendidikan persekolahan tersebut belum mendatangkan
hasil optimal dan memuaskan berbagai pihak. Di samping lembaga sekolah, tenaga
kependidikan, dan anggaran yang belum memadai, tak kalah pentingnya adalah
faktor gaya hidup, keluarga, dan masyarakat.
Dikatakan bahwa ada sederet faktor-faktor resiko penyebab
kegagalan anak di sekolah. Faktor-faktor resiko yang disebutkan ternyata bukan
terletak pada kecerdasan otak, tetapi pada karakter, yaitu rasa percaya diri,
kemampuan bekerja sama, kemampuan bergaul, kemampuan berkonsentrasi, rasa
empati, dan kemampuan berkomunikasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Daniel
Goleman tentang keberhasilan seseorang di masyarakat, ternyata 80% dipengaruhi
oleh kecerdasan emosi, dan hanya 20% ditentukan oleh kecerdasan otak (IQ).
Anak-anak yang mempunyai masalah dalam kecerdasan emosinya, akan mengalami
kesulitan belajar, bergaul dan tidak dapat mengontrol emosinya. Anak-anak yang
bermasalah ini sudah dapat dilihat sejak usia pra-sekolah, dan kalau tidak
ditangani akan terbawa sampai usia dewasa. (Lickona: 1991)
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif
kualitatif karena penelitian
ini berusaha mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas
sosial, sikap, dan persepsi seseorang atau kelompok (Sukmadinata, 2006).
Desain Penelitian ini menggunakan jenis
Penelitian Fenomenologi yaitu ingin menjelaskan
fenomena yang berupa pengalaman-pengalaman yang dialami seseorang dalam
kehidupan.
Untuk menentukan subyek penelitian ini,
dilakukan dengan snowball sampling. Dalam penentuan sampel, pertama-tama
dipilih satu atau dua orang, tetapi karena dengan orang pertama ini data dirasa
belum lengkap, maka peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih tahu dan
dapat melengkapi data yang diberikan oleh orang sebelumnya (Satori dan
Komariah, 2010). Pada teknik ini, peneliti memanfaatkan jaringan pertemanan
atau relasi yang dimiliki oleh informan sebelumnya.
Adapun subyek penelitian yang digunakan oleh
peneliti adalah (1) Kepala Sekolah, (2) Guru, (3) Siswa.
Sumber data adalah subyek atau dokumen dimana
data dapat diperoleh berdasarkan kenyataan di lapangan. Jenis data yang
digunakan dalam penelitian ini, terdiri dari 2 (dua) sumber yaitu data primer
dan data sekunder.
Data yang berhubungan dengan Implementasi
Pendidikan Karakter dikumpulkan dengan menggunakan teknik sebagai berikut: (1) Teknik
Observasi Partisipasi, (2) Teknik Wawancara Mendalam, (3) Teknik Dokumentasi.
Instrumen adalah alat untuk mengumpulkan data
yang berupa angket atau kuestioner
(Kountur, 2004: 113). Instumen penelitian yang penulis tetapkan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Angket observasi partisipasi siswa,
(2) Angket observasi partisipasi guru, (3) format data lapangan
Pada Penelitian ini, peneliti melakukan
analisis data dengan mencari dan menyusun secara sistematis kemudian menelaah
seluruh data yang diperoleh dari
berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam uraian
singkat, bagan, dan dokumentasi. Setelah dibaca, dipelajari, dan ditelaah, peneliti
menjabarkan ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari,
dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh peneliti maupun orang lain.
Penelitian ini menggunakan dua analisis yaitu
: Pertama, analisis deskriptif.
Analisis ini dilakukan melalui 4 tahapan, yaitu : (1) Pengumpulan data; (2)
Reduksi data; (3) Display data dan penyajian data; (4) Penarikan kesimpulan
atau verifikasi data.
Sesuai dengan pendapat Guba dalam Noeng
Muhadjir (2000) seluruh data yang diperoleh baik berupa catatan hasil
pengamatan, wawancara dan dokumen-dokumen diatur, diurutkan, dikelompokkan,
diberi kode dan dikategorikan sesuai kelompok data. Pengelompokan data ke dalam
induk disertai dengan pengkodean.
Untuk menetapkan kesimpulan yang lebih
beralasan dan tidak lagi berbentuk kesimpulan yang coba-coba, maka verifikasi
dilakukan sepanjang penelitian berlangsung sejalan dengan memberchek,
trianggulasi dan audit trail,
sehingga menjamin signifikansi atau kebermaknaan hasil penelitian. Dalam
langkah ini kejujuran peneliti diuji apakah peneliti dapat memberikan
argumentasi bila hipotesis tidak terbukti atau mengarahkan/mengubah data agar
penelitiannya dapat terbukti.
Kedua, analisis domain.
Analisis domain pada umumnya dilakukan untuk memperoleh gambaran yang umum dan
menyeluruh tentang situasi social yang diteliti atau obyek penelitian
(Sugiyono, 2007). Hasil yang diharapkan ialah pengertian di tingkat permukaan
mengenai domain tertentu atau kategori-kategori konseptual.
Peneliti menggunakan triangulasi sebagai
teknik untuk mengecek keabsahan data. Dimana dalam pengertiannya triangulasi
adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain
dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian (Moleong, 2007)
Moleong (2007), membedakan empat macam
triangulasi diantaranya dengan memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik
dan teori. Pada penelitian ini, dari keempat macam triangulasi tersebut,
peneliti menggunakan teknik pemeriksaan dengan memanfaatkan penggunaan sumber,
dan metode.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pendidikan karakter menurut Megawangi (2010)
adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Berdasarkan Permendiknas nomor
23 tahun 2006, pada tingkat SMP dipilih 20 nilai karakter utama yang disarikan
dari butir-butir SKL., berikut ringkasannya:
Tabel 4.3 Nilai Karakter pada butir-butir SKL
tingkat SMP
No
|
Nilai Utama
|
Nilai Karakter
|
1
|
Nilai karakter dalam hubungannya dengan
Tuhan
|
Pikiran, perkataan, tindakan selalu berdasarkan
nilai Ketuhanan
|
2
|
Nilai karakter dalam hubungannya dengan
diri sendiri
|
Jujur, bertanggung jawab, bergaya hidup
sehat, disiplin, kerja keras, percaya diri, berjiwa wirausaha, berpikir
logis, kritis, kreatif, inovatif, mandiri, ingin tahu, cinta ilmu
|
3
|
Nilai
karakter dalam hubungannya dengan sesama
|
Sadar
akan hak dan kewajiban diri dan orang lain, patuh pada aturan sosial,
menghargai karya dan prestasi orang lain, santun, demokratis
|
4
|
Nilai
karakter dalam hubungannya dengan lingkungan
|
Mencegah kerusakan pada lingkungan,
memperbaiki kerusakan alam, memberi bantuan pada orang lain
|
5
|
Nilai-nilai
kebangsaan
|
Nasionalis,
menghargai keberagaman
|
Berdasarkan nilai karakter
tersebut, SMP Negeri Kecamatan Sidorejo berusaha mengimplementasikan pendidikan
karakter di dalam kegiatan kurikuler, ko kurikuler dan ekstrakurikuler dengan
harapan agar seluruh siswa menjadi siswa yang berkarakter seperti digambarkan
pada skema di bawah :
Gambar 6. Skema Implementasi Pendidikan Karakter
di SMP Negeri Kecamatan Sidorejo
Pendidikan
karakter dibidang kurikuler diinkludekan
dengan seluruh mata pelajaran yakni bahwa guru wajib menyampaikan pendidikan
karakter secara terus-menerus melalui indikator
pembelajaran dengan diprogramkan melalui perangkat pembelajaran yang berbasis
pendidikan karakter.
Pendidikan karakter dibidang kokurikuler adalah
pendidikan karakter yang dilakukan dilingkungan sekolah namun di luar bidang
kurikuler juga di luar ekstrakurikuler. Adapun wujudnya berupa
pembiasaan-pembiasaan yang mengarah pada pembentukan
karakter/pendidikan karakter. Hal itu ternyata juga sudah diterapkan baik di
SMP Negeri 1 maupun di SMP Negeri 2 Sidorejo.
Salah
satu pembiasaan yang ingin ditanamkan pada siswa adalah agar siswa-siswi di
Sidorejo gemar membaca buku dan cinta ilmu, salah satu kegiatan yang mendukung
nilai karakter tersebut adalah dengan mengajak siswa ke pameran buku.
Ada kekhususan lain yang dilaksanakan di SMP Negeri 1
Sidorejo hasil pengamatan peneliti selama menjadi Kepala SMP Negeri 1 Sidorejo,
bahwa pendidikan karakter dalam kegiatan kokurikuler adanya kegiatan muhadhoroh
dua kali sebulan setiap hari Jum’at pagi pada jam pelajaran pertama, tentunya selain
kegiatan lainnya yang juga menunjukkan pendidikan karakter.
Berdasarkan observasi peneliti, SMP Negeri 1 dan 2
Sidorejo, memiliki kesamaan pembiasaan yaitu membaca Al-Quran setiap pagi
sebelum jam pertama dimulai yang secara moral sangat berpengaruh terhadap
pembentukan karakter dari siswa itu sendiri. Keistimewaan lain dari SMP di
Sidorejo itu adalah, walaupun bukan sekolah yang berbasis agama/madrasah,
kegiatan keagamaannya sangat kental, terbukti dengan adanya Muhadhoroh yang
dilaksanakan setiap dua Jum’at sekali di SMP Negeri 1 Sidorejo dan Shalat Dhuha
serta Shalat Dhuhur berjamaah yang dilaksanakan setiap hari di SMP Negeri 2
Sidorejo. Kegiatan tersebut membelajarkan siswa untuk dapat meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan serta memberikan ketenangan jiwa siswa.
Ternyata seluruh kegiatan kokurikuler yang diadakan di dua
sekolah tersebut dapat memberi kontribusi tersendiri dalam rangka pendidikan
karakter walaupun mesti adanya pembenahan baik kwalitas maupun kwantitas
kegiatannya agar hasil dari pendidikan karakter menjadi lebih baik.
Berdasarkan observasi peneliti, untuk memperlancar
implementasi pendidikan karakter melalui kegiatan ko-kurikuler, kedua sekolah tersebut
menerapkan strategi pembinaan di
sekolah dapat ditempuh dalam bentuk kegiatan sebagai berikut : 1) Kegiatan
kesiswaan : shalat dhuha, shalat dhuhur, muhadhoroh, kegiatan membaca Al-quran
setiap pagi, peringatan Hari Besar Keagamaan dan Hari Besar Nasional, 2) Perlombaan/pertandingan
: lomba 17 Agustus, lomba siswa teladan, lomba OSN, FLS2N, 3) Pembinaan
lingkungan sekolah : kegiatan Jumat bersih, Gerakan Bersih Lingkungan, membuang
sampah pada tempat sampah.
Kegiatan Ekstra Kurikuler adalah kegiatan
pendidikan di luar mata pelajaran untuk membantu mengembangkan peserta didik
sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang
secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan di
sekolah. Melalui kegiatan ekstra kurikuler diharapkan dapat mengembangkan
kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial, serta potensi dan prestasi peserta
didik.
Upaya pembentukan, pengembangan, dan
peningkatan kualitas karakter dan intelektualitas melalui pendidikan
persekolahan tersebut belum tentu mendatangkan hasil optimal dan memuaskan
berbagai pihak. Hal itu karena ada berbagai faktor yang berpengaruh terhadap berhasil atau
tidaknya pembentukan dan pengembangan karakter dan intelektualitas seperti
tergambarkan pada skema di bawah ini :
Gambar 11. Skema
faktor-faktor pendukung dan penghambat
pendidikan karakter di sekolah.
Pendidikan
karakter di sekolah agar mencapai keberhasilan tentunya melibatkan
semua
pihak pemangku kepentingan dan kebijakan. Dalam hal ini pendidikan karakter di
SMP Negeri 1 dan 2 Sidorejo banyak mendapat dukungan dari semua pihak, yaitu (1) Kebijakan Sekolah, (2) Kepala Sekolah, (3)
Komite Sekolah
Komite
sekolah selaku wakil wali murid yang sering berkomunikasi dengan sekolah untuk
membantu membahas kemajuan sekolah
Menurut
hasil observasi peneliti melalui salah seorang guru di Sidorejo, guru di SMP
Negeri Kecamatan Sidorejo juga sering melakukan kunjungan ke rumah-rumah siswa
yang memerlukan perhatian khusus untuk dapat mengetahui dengan sesungguhnya
kondisi siswa tersebut.
Keteladanan dari guru juga menjadi faktor pendukung yang
sangat penting terhadap pendidikan karakter di sekolah, karena secara tidak
langsung salah satu sumber belajar dari siswa adalah guru.
Keterkaitannya
dengan pendidikan di sekolah, menurut observasi peneliti, wali murid selalu
berkoordinasi dengan sekolah tentang perkembangan putra-putrinya, terlebih jika
ada hal-hal yang memerlukan perhatian khusus. Wali murid dengan suka rela
datang ke sekolah memantau perkembangan putra-putrinya. Secara rutin, minimal
setiap pengambilan nilai sisipan dan rapor, wali murid selalu menyempatkan
hadir di sekolah untuk berdiskusi mengenai perkembangan belajar dan tingkah
laku putra-putrinya.
Keteladanan dari beberapa tokoh dari siswa ternyata juga
dapat menjadi salah satu faktor pendukung kelancaran pendidikan karakter,
karena di sekolah, pengaruh pergaulan dengan teman sebaya akan menjadi salah
satu hal yang dapat mempengaruhi sikap siswa dalam kesehariannya.
Untuk menerapkan pendidikan karakter agar lebih maksimal
baik kwalitas maupun kwantitasnya tentu bukanlah hal yang mudah tetapi jika
dilaksanakan terpadu sesuai yang terjadi di SMP Negeri 1 dan 2 Sidorejo tentunya
lambat laun mencapai hasil yang gemilang dalam arti para siswa lulusannya
menjadi siswa yang berkarakter.
FAKTOR
PENDUKUNG, PENGHAMBAT, DAN DAMPAK PENDIDIKAN KARAKTER
Gaya
hidup modern sekarang yang disokong oleh kapitalisme gaya hidup hedonis yang senantiasa
menyerbu lewat televisi, media, dan iklan menjadi salah satu faktor pemicu dan
pemacu yang dapat mempengaruhi siswa menjadi lemah karakternya. Juga dengan adanya jaringan internet yang makin marak, siswa bila
tanpa pengawasan khusus akan kecanduan untuk bermain-main dengan
fasilitas-fasilitas yang justru dapat membodohkan siswa.
Menurut hasil observasi
peneliti, di Sidorejo masih ada beberapa orang guru yang masih belum memiliki
disiplin waktu. Hal itu
secara tidak langsung juga menjadi penghambat proses pendidikan karakter.
Pengimplementasian
pendidikan karakter yang telah diterapkan di SMP Negeri Kecamatan Sidorejo
sampai dengan saat ini ternyata telah menimbulkan berbagai
dampak tersendiri baik terhadap individu atau siswa itu sendiri maupun dampak
sosialnya. Berikut skema dampak pendidikan karakter yang
diterapkan di SMP Negeri Kecamatan Sidorejo:
|
Gambar
17. Skema Dampak Pendidikan Karakter
Berdasarkan hasil observasi
dan dokumentasi peneliti, dengan adanya implementasi pendidikan karakter di SMP
Negeri Sidorejo para siswa sudah menunjukkan perilaku karakter yang membaik.
Dampak
sosial dari pendidikan karakter ini adalah dimana para siswa telah menunjukkan
peningkatan kepedulian terhadap teman-temannya.
Sebagaimana diungkapkan pembina OSIS, siswa
maupun guru baik di lingkunn sekolah
maupun di lingkungan sekitarnya, dengan adanya pendidikan karakter mulai
menunjukkan sikap saling memperingatkan diantara mereka untuk berkarakter.
Wali murid pun sudah mulai menunjukkan perhatian yang lebih
terhadap perkembangan karakter putra-putrinya sebagaimana contoh kasus yang
peneliti dapatkan melalui guru BK di SMP Negeri 1 Sidorejo mengenai siswa yang
memiliki tingkah laku yang berbeda ketika di rumah maupun di sekolah, namun
masalah tersebut bisa diselesaikan dengan adanya kepedulian orang tua terhadap
pendidikan karakter putra-putrinya.
Melalui hasil pengamatan, catatan anekdotal,
tugas, laporan, dan sebagainya, guru di SMP Negeri Kecamatan Sidorejo dapat
memberikan kesimpulan atau pertimbangan
tentang pencapaian suatu indikator atau bahkan suatu nilai yang
dinyatakan dengan BT (Belum Terlihat), MT (Mulai Terlihat), MB (Mulai
Berkembang), MK (Membudaya). Hal itu memberikan semangat bagi para guru maupun
siswa sendiri untuk saling memberikan motivasi dan dorongan untuk bisa berubah
ke tahap yang lebih tinggi, sebagaimana terlihat pada petuah “Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun
Karsa, Tut Wuri Handayani” yang dipampang di balik gapura SMP Negeri 2
Sidorejo.
Selain dengan memberikan motivasi, dituturkan juga oleh
Kepala SMP Negeri 2 Sidorejo bahwa pendidikan karakter membuat guru dan orang
tua untuk bersikap lebih baik agar dapat menjadi
teladan. Sehingga dengan diimplementasikannya Pendidikan karakter di SMP Negeri
1 Sidorejo dan SMP Negeri 2 Sidorejo dapat mengarah pada pemberdayaan dan
pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi,
kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga
sekolah, dan masyarakat sekitar SMP Negeri 1 Sidorejo dan SMP Negeri 2
Sidorejo.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan
hasil penyajian dan hasil analisa data, peneliti menyimpulkan:
1.
Berdasarkan
nilai-nilai karakter utama pada butir-butir SKL, SMP Negeri Kecamatan Sidorejo mengimplementasikan
Pendidikan Karakter pada kegiatan kurikuler, ko-kurikuler, ekstra kurikuler
dengan harapan agar seluruh siswa menjadi siswa berkarakter. Pada kegiatan
kurikuler, pendidikan karakter diinkludekan
pada seluruh mata pelajaran dimana semua guru wajib menyampaikan pendidikan karakter
secara terus menerus melalui indikator pembelajaran dengan diprogramkan melalui
perangkat pembelajaran yang berbasis pendidikan karakter. Pada bidang
ko-kurikuler, pendidikan karakter diwujudkan berupa pembiasaan-pembiasaan
dan rutinitas yang mengarah pada
pembentukan karakter/pendidikan karakter. Selain itu pendidikan
karakter juga diberikan dalam kegiatan ekstra kurikuler yang bermacam-macam
sesuai dengan minat dan potensi siswa masing-masing. Pada kegiatan ekstra
kurikuler ini siswa dapat belajar untuk lebih bertanggung jawab, mandiri,
kreatif, disiplin, mencintai alam, dan menghargai keberagaman.
2.
Faktor pendukung pendidikan karakter adalah adanya
kebijakan sekolah mengenai visi dan misi yang berazazkan pendidikan karakter, serta
kesamaan motto “Ilmu, Amal, Ikhlas” yang terpampang di dinding sekolah, dengan
tujuan untuk selalu mengingatkan siswa tentang pentingnya mencari ilmu dengan
sebaik-baiknya, untuk bisa diamalkan dalam kesehariannya dengan hati yang
ikhlas. Dukungan kepala sekolah dan komite sekolah mengenai pendidikan karakter
pada setiap kegiatan, serta selalu memantau perkembangan karakter siswa, sangat
menunjang dalam pengimplementasian pendidikan karakter itu sendiri. Ditambah
dengan ketekunan guru dalam mendampingi siswa pada kegiatan kurikuler,
kokurikuler, ekstrakurikuler, serta dengan melengkapi perangkat pembelajaran dan
metode mengajar yang berkarakter. Faktor pendukung pendidikan karakter yang
lain adalah dengan menjalin relasi/hubungan yang baik dengan wali murid, karena
perhatian dan pemantauan wali murid terhadap perkembangan putra-putrinya di
rumah sangat penting, ditambah lagi dengan dukungan dari murid itu sendiri baik
berupa semangat maupun keteladanan dalam bergaul.
Sedangkan
faktor penghambat adalah gaya hidup para siswa yang
terpengaruh oleh fasilitas-fasilitas modern seperti televisi, internet, dan HP,
yang dapat menjadi faktor pemicu untuk mempengaruhi siswa menjadi lemah
karakternya bahkan bisa jadi membodohkan siswa, serta masih adanya beberapa
guru yang kurang disiplin dalam membuat perangkat pembelajaran.
3.
Implementasi pendidikan karakter yang diterapkan di SMP
Negeri Kecamatan Sidorejo memberikan dampak tersendiri baik terhadap individu
dimana dengan adanya pendidikan karakter para siswa sudah menunjukkan perilaku
karakter yang membaik, sebagai contoh tidak ada anak yang membawa rokok, siswa
yang membolos menjadi berkurang, bahkan siswa juga semakin santun dan tekun
dalam belajar. Dampak sosialnya adalah dimana siswa maupun guru menunjukkan
sikap kepedulian yang lebih tinggi, baik di lingkungan sekolah maupun
lingkungan sekitarnya, serta mereka saling memperingatkan untuk berkarakter.
Dengan
adanya pengaruh era globalisasi yang semakin maju dimana fasilitas-fasilitas
modern semakin berkembang, maka sangat diperlukan sesuatu yang dapat membatasi
perilaku semena-mena/sesuka hati yang dapat merusak perkembangan jiwa siswa,
salah satunya adalah pendidikan karakter. Untuk itu hendaknya :
1. Para pendidik dan orang tua
memberikan pendidikan karakter sedini mungkin supaya anak terbiasa melakukan
hal-hal yang utama pada waktu dewasa kelak, karena kedamaian dan kesejahteraan
bangsa di masa yang akan datang ada di genggaman tangan mereka.
2. Setiap
kesempatan hendaknya dijadikan sarana untuk mengaktualisasikan pendidikan
karakter.
3. Metode keteladanan dari orang tua
atau guru adalah kunci utama dalam memberikan pendidikan karakter. Orang tua
dan atau guru jangan sekedar memberi contoh tetapi hendaknya menjadi contoh,
begitu juga jangan hanya menyuruh tetapi mengajak untuk berkarakter yang baik.
DAFTAR RUJUKAN
Bashori, Khoiruddin. 2010. Menata Ulang Pendidikan Karakter Bangsa. Media Indonesia.com,
diunduh pada tanggal 3 Desember 2010.
Dinas Pendidikan Bidang Menengah Pertama dan Pendidikan
Menengah Atas. 2011. Materi Rapat Koordinasi
Kepala SMP dan SMA Negeri dan Swasta se-Jawa Timur. Surabaya.
Kementerian Pendidikan Nasional. Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Pertama. 2010. Pembinaan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah
Pertama. Jakarta
Lickona,T. 1991. Educating
for Character. New Yok. Bantams Books
Megawangi,
Ratna. 2010. dalam sulaimanzen.wordpress.com/ diakses 25 Desember 2010.
Miller,
John P. & Seller, W. 1985. Curriculum
Perspective and Practice. Longman.Inc
Moloeng, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif
Edisi Revisi. Bandung. Rosda Karya.
Muhadjir, Noeng. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta. Rake Sarasin.
Musfiroh, Tadkirotun. 2008. Pengantar
Psikolinguistik. Yogyakarta: Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri
Yogyakarta. dalam susilo.adi.setyawan.student.fkip.uns.ac.id
pusatbahasa.depdiknas.go.id/kbbi/index.php, diakses 26 Januari 2010
Satori, Djam’an dan Aan Komariah. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. 2007. Metode
Penelitian Kualitatif. Bandung. Alfabeta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. Remaja Rosda Karya.